Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang sekresi
empedu dan pankreas. Sebagai obat fitofarmaka, temulawak
bermanfaat untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, kelainan
hati, kandung empedu, pankreas, usus halus, tekanan darah tinggi,
kontraksi usus, TBC, sariawan, dan dapat dipergunakan sebagai
tonikum. Secara tradisional, banyak digunakan untuk mengobati diare,
disentri, wasir, bengkak karena infeksi, eksim, cacar, jerawat, sakit
kuning, sembelit, kurang nafsu makan, kejang-kejang, radang
lambung, kencing darah, ayan, dan kurang darah.
Kebutuhan simplisia temulawak sebagai bahan baku obat
tradisional di Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2003 menduduki
peringkat pertama dilihat dari jumlah serapan industri obat tradisional.
Banyaknya ragam manfaat temulawak baik untuk obat
tradisional maupun fitofarmaka karena rimpangnya mengandung
protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri.
Kandungan kimia minyak atsirinya antara lain, feladren, kamfer,
turmerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon,
germakron, β-tumeron dan xanthorizol yang mempunyai kandungan
tertinggi (40 %).
PERSYARATAN TUMBUH
Tumbuh baik pada jenis tanah latosol, andosol, podsolik dan
regosol. Tanah bebas dari penyakit layu bakteri, ketinggian tempat 100
– 1500 m dpl, dengan curah hujan 1500 – 4000 mm/th.
BAHAN TANAMAN
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh
liar dibawah tegakan jati. Saat ini sudah mulai dibudidayakan secara
terbatas dan diantara populasi tersebut potensi produksi dan mutunya
beragam. Balittro telah mempunai 10 nomor harapan temulawak yang
26
berpotensi produksi (20 - 40 ton/ha), kadar minyak atsiri (6,2 – 10,6
%), kadar kurkumin (2,0 – 3,3 %).
Bahan tanaman untuk benih harus tepat dan jelas nama jenis,
varietas dan asal usulnya.
Temulawak termasuk tanaman berbatang
basah, tingginya dapat mencapai 2,5 m, bunganya berwarna putih
kemerah-merahan atau kuning, bertangkai panjangnya 1,5 - 3 cm,
berkelompok 3 sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada
tanah yang gembur, dan termasuk jenis temu-temuan yang sering
berbunga. Bunganya langsung keluar dari rimpang dengan bunga
berwarna merah, kelopak hijau muda, pangkal bunga bagian atas
berwarna ungu. Bagian yang dipanen dan dipergunakan adalah
rimpang yang beraroma tajam dengan daging rimpang berwarna
kuning tua sampai jingga. Panen dapat dilakukan pada umur 7 - 12
bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur.
Sebagai bahan tanaman untuk benih digunakan tanaman yang
sehat berumur 12 bulan.
PEMBENIHAN
Untuk benih bisa menggunakan rimpang induk dan anak
rimpang. Apabila digunakan rimpang induk maka hanya seperempat
bagian (satu rimpang induk dibelah menjadi empat bagian membujur)
untuk satu lubang tanam. Sedang apabila menggunakan anak rimpang
ukuran benihnya 20 – 40 g/potong. Sebelum ditanam benih
ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh dengan tinggi 0,5 -
1 cm, sehingga dapat diperoleh tanaman yang seragam.
BUDIDAYA
Penerapan teknologi budidaya yang mengacu kepada SPO yang
dimulai dari pemilihan jenis, varietas unggul/harapan, lingkungan
tumbuh, pembenihan, pengolahan lahan, cara tanam, pemeliharaan,
pengendalian hama penyakit, cara panen dan pengolahan pasca panen
akan menghasilkan bahan baku yang bermutu tinggi dan terstandar.
Sebaiknya tanam dilakukan pada awal musim hujan.
27
Persiapan lahan
Tanah diolah agar menjadi gembur, diupayakan agar drainase
sebaik mungkin, sehingga tidak terjadi penggenangan air pada lahan,
oleh karena itu perlu dibuat parit-parit pemisah petak. Ukuran petak
lebar 2,5 – 4 m dengan panjang petak disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Jarak tanam
Jarak tanam temulawak bervariasi antara, 50 x 50 cm, 50 x 60
cm atau 60 x 60 cm, pada sistem budidaya monokultur. Apabila
tanaman akan ditanam secara pola tumpang sari dengan tanaman
sisipan kacang tanah, maka jarak tanamnya 75 x 50 cm.
Pola tanam
Tanaman ini bisa ditanam dengan pola tumpangsari dengan
kacang tanah, menggunakan jarak tanam antar baris lebih lebar yaitu
75 cm dan jarak dalam barisan 50 cm. Tanaman kacang tanah ditanam
bersamaan dengan menanam temulawak, pada umur 3 - 4 BST kacang
tanah sudah dapat dipanen. Tumpang sari dengan kacang tanah dapat
menambah kesuburan tanah khususnya dapat menambah unsur N
tanah.
Pemupukan
Pupuk kandang 10 – 20 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan
pada saat tanam. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masingmasing
200 kg, 100 kg dan 100 kg/ha untuk pola monokultur, serta
200 kg/ha untuk pola tumpangsari. SP-36 dan KCl diberikan pada saat
tanam, Urea diberikan 3 agihan pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah
tanaman tumbuh masing-masing sepertiga bagian.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan
pembumbunan, untuk menghindari adanya kompetisi perolehan zat
hara dengan gulma dan menjaga kelembaban, suhu serta kegemburan
tanah. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaruhi saluran drainase
pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak tanam, biasanya
dilakukan setelah selesai penyiangan.
28
Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Jarang terjadi serangan hama dan penyakit. Namun untuk
menghindari munculnya serangan perlu diantisipasi dengan cara
pencegahan. Tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit
busuk rimpang yang disebabkan Ralstonia solanacearum, dilakukan
dengan penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (perendaman
dengan antibiotik), menghindari pelukaan (menaburkan abu sekam
dipermukaan rimpang), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman
dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air
menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat, inspeksi kebun
secara rutin.
PANEN
Umur panen
Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan
untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada umur 10 –
12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering.
Dapat pula dipanen pada umur 20 – 24 bulan.
Cara panen
Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat
rimpang secara keseluruhan.
PASCA PANEN
Pembersihan/pencucian
Rimpang hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran, kemudian
dikering anginkan sampai kulit rimpangnya tidak basah lagi.
Perajangan rimpang
Setelah itu, rimpang diiris membujur dengan ketebalan 2 –
3 mm.
Pengeringan simplisia
Rajangan rimpang dijemur dengan menggunakan energi
matahari diberi alas yang bersih, atau bisa dengan pengering oven
dengan suhu 40 – 60o C, hingga mencapai kadar air 9 – 10 %.
29
PENGANEKARAGAMAN PRODUK
Rimpang temulawak sebagian besar digunakan untuk bahan
baku obat, produknya berupa minyak temulawak, oleoresin, pati,
instant, zat warna kuning, beberapa jenis makanan, minuman, dan
minyak atsiri.
USAHA TANI
Untuk memperoleh hasil yang optimum dengan usahatani yang
menguntungkan, faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam teknologi
budidaya perlu diperhitungkan. Berikut analisis usahatani temulawak
dengan teknologi budidaya anjuran Balittro.
Hasil Usahatani Budidaya Temulawak pada luasan 1 hektar
No. Uraian Volume
Fisik
Harga
satuan
(Rp.)
Total (Rp.)
ANALISA ERHITUNGAN PENGELUARAN UPAH
1. Pengolahan tanah I 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
2. Pengolahan tanah II 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
3. Pemupukan dasar 30 HOK 15.000,- 450.000,-
4. Tanam 60 HOK 15.000,- 900.000,-
5. Pemeliharaan 100 HOK 15.000,- 1.500.000,-
6. Panen 90 HOK 15.000,- 1.350.000,-
7. Prosesing hasil panen 60 HOK 15.000,- 900.000,-
TOTAL UPAH 7.800.000,-
PENGELUARAN BAHAN
1. Benih 1000 kg 3.000,- 3.000.000,-
2. Pupuk kandang 20 ton 80.000,- 1.600.000,-
3. Urea 200 kg 1.750,- 3.500.000,-
4. SP36 100 kg 1.750,- 1.750.000,-
5. KCl 100 kg 3.000,- 3.000.000,-
6. Karung plastik 750 lbr 2.000,- 1.500.000,-
TOTAL BAHAN 14.350.000,-
TOTAL PENGELUARAN
(I+II)
22.150.000,-
PENDAPATAN BRUTO
Produksi rimpang segar 22.500 kg 1.500,- 33.750.000,-
KEUNTUNGAN 11.600.000,-
30
Ratio biaya dengan pendapatan atau benefit cost ratio (B/C)
B/C merupakan salah satu cara untuk mengukur kelayakan
usaha temulawak. B/C merupkan pembanding antara hasil penjualan
dengan total pengeluaran biaya produksi, B/C usahatani temulawak =
1,52.
Titik balik modal atau break even point (BEP)
Titik balik modal adalah suatu kondisi saat investasi tidak
mengalami kerugian dan tidak mndapatkan keuntungan atau disebuit
juga titik inpas. Titik inpas ada dua yaitu titik inpas produksi dan titik
inpas harga. Titik inpas (BEP) produksi diperoleh dari total
pengeluaran dibagi harga per-1 kg temulawak saat itu, berarti pada
jumlah produksi tertentu usahatani temulawak berada pada titik inpas.
Sedangkan BEP harga diperoleh dari total pengeluaran dibagi total
produksi rimpang temulawak, berarti pada harga yang diperoleh usaha
tidak merugi dan tidak beruntung. BEP produksi usahatani temulawak
= 14.768 kg rimpang segar. BEP harga usahatani temulawak = Rp.
985,-/kg rimpang segar.
Efisiensi penggunaan modal atau return of investment (ROI)
Perhitungan nilai keuntungan usahatani temulawak yang
dikaitkan dengan modal yang telah dikeluarkan. ROI diperoleh dari
hasil bagi antara penjualan dengan biaya produksi dikalikan 100%,
ROI usahatani temulawak adalah 152,40%.
Sirkuler No. 11, 2005
BUDIDAYA TANAMAN TEMULAWAK
Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
Jl. Tentara Pelajar No. 3
Telp. (0251) 321879, Fax. (0251) 327010
E-mail : balittro@telkom.net.
Homepage : http://www.balittro.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar